“Saya sudah mendapatkan vaksin, tetapi hamba tidak merasa lega, ” kata pendahuluan Dr Fadi Al-Atrash, yang bertugas di Rumah Sakit August Victoria di Yerusalem Timur.
“Ada masalah ketidaksetaraan. ”
Tidak jauh darinya, di Israel, masyarakat setempat divaksinasi Covid-19 dengan lebih cepat daripada di tempat-tempat lain di negeri.
Namun, wadah di mana dia bekerja, yakni di wilayah Palestina yang dianeksasi oleh Israel dan berada dalam bawah kendali penuhnya, situasinya sangat berbeda.
“Kami tidak dapat memberikan vaksinasi pada pasien-pasien kami, kepada keluarga awak di Tepi Barat dan pada Gaza. ”
“Saya tak merasa senang bisa memperoleh vaksinasi… [sementara] orang-orang dari komunitas Anda tidak bisa mendapatkannya, ” tambahnya.
Israel memvaksinasi kelompok tenaga kesehatan seperti Dr Fadi, tetapi tidak memberikannya kepada pasien-pasien yang dia rawat di seluruh Susur Barat dan Gaza.
Akibat-akibat dari langkah tersebut, baik secara moral maupun medis, mengkhatirkan banyak orang.
Tanggung jawab
Tidak ada kesepakatan tentang siapa yang harus bertanggung jawab untuk peluncuran program vaksinasi di Tepi Barat dan Gaza.
Sejumlah orang menetapkan pada Konvensi Jenewa yang membuktikan bahwa mereka yang menempati sepadan wilayah, dalam hal ini ialah Israel, harus bertanggung jawab akan kesehatan publik warga yang tinggal di sana.